PARA IMAM 4 MADZHAB MENGHAROMKAN BERJABAT TANGAN DENGAN WANITA BUKAN MAHROM

*HUKUM BERJABAT TANGAN DENGAN PEREMPUAN YANG BUKAN MAHROM*

📜 Imam Asy-Syinqithi rohimahulloh berkata:

*اعْلَمْ: أَنَّهُ لَا يَجُوزُ لِلرَّجُلِ الْأَجْنَبِيِّ أَنْ يُصَافِحَ امْرَأَةً أَجْنَبِيَّةً مِنْهُ.* وَلَا يَجُوزُ لَهُ أَنْ يَمَسَّ شَيْءٌ مِنْ بَدَنِهِ شَيْئًا مِنْ بَدَنِهَا.

*“Ketahuilah bahwasanya tidak boleh bagi seorang lelaki asing untuk berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahrom.* Dan tidak boleh bagi dia juga untuk memegang sesuatu apapun dari badannya kepada badan wanita.” [Lihat “Adhwâ’ul Bayân” (QS. Al-Ahzab:53)]

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: *«لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ*

Dari Ma’qil bin Yasar rodhiyaAllohu anhu berkata: bersabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam: _*“Kalau seandainya ditusukkan jarum besi di kepala seseorang itu lebih baik daripada ia memegang perempuan yang tidak halal baginya.”*_ [HR. Ath-Thobroni dalam “Mu’jam Al-Kabir” (no.487) Ar-Ruyani dalam “musnadnya” (no.1283) dan dishohihkan oleh Al-Albani rohimahulloh dalam “Ash-Shohihah” (no.226)]

📜 Imam Al-Albani rohimahulloh memberikan faedah setelah menyebutkan hadits di atas:

«وَفِي الحَدِيْثِ وَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِمَنْ مَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ، فَفِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى تَحْرِيْمِ مُصَافَحَةِ النِّسَاءِ لِأَنَّ ذَلِكَ مِمَّا يَشْمَلُهُ المَسُّ دُونَ شَكٍّ»

“Dalam hadits terdapat padanya pelajaran tentang ancaman keras bagi siapa saja yang memegang perempuan yang tidaklah halal baginya, *dan dalam hadits ini juga terdapat dalil tentang haramnya berjabat tangan dengan wanita karena hal tersebut terdapat padanya memegang (wanita) tanpa diragukan.”* [Lihat “Ash-Shohihah” (no.226)]

عَنْ أُمَيْمَةَ بِنْتِ رُقَيْقَةَ تَقُولُ: جِئْتُ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي نِسْوَةٍ نُبَايِعُهُ، فَقَالَ لَنَا: *"فِيمَا اسْتَطَعْتُنَّ وَأَطَقْتُنَّ، إِنِّي لَا أُصَافِحُ النِّسَاءَ*«

Dari Umaimah binti Ruqoiqoh rodhiyaAllohu anhu berkata: aku mendatangi Nabi shollallohu alaihi wa sallam pada kelompok para wanita, yang kami hendak membait kepada Nabi, maka Nabi sholallallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya: _*“Pada perkara yang kalian mampui dan sanggupi, sungguh aku tidaklah berjabat tangan dengan para wanita.”*_ [HR. Ibnu Majah (no.2874) At-Tirmidzi (no.1687) Ahmad (no.27006) Ibnu Hibban (no.4553) dan dishohihkan oleh Al-Albani rohimahulloh dalam “Shohihul Jami” (no.2513)]

📜 Imam Asy-Syinqithi rohimahulloh mengatakan:

*وَكَوْنُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُصَافِحُ النِّسَاءَ وَقْتَ الْبَيْعَةِ دَلِيلٌ وَاضِحٌ عَلَى أَنَّ الرَّجُلَ لَا يُصَافِحُ الْمَرْأَةَ،* وَلَا يَمَسُّ شَيْءٌ مِنْ بَدَنِهِ شَيْئًا مِنْ بَدَنِهَا ; لِأَنَّ أَخَفَّ أَنْوَاعِ اللَّمْسِ الْمُصَافَحَةُ، *فَإِذَا امْتَنَعَ مِنْهَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْوَقْتِ الَّذِي يَقْتَضِيهَا وَهُوَ وَقْتُ الْمُبَايَعَةِ، دَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّهَا لَا تَجُوزُ،* وَلَيْسَ لِأَحَدٍ مُخَالَفَتُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لِأَنَّهُ هُوَ الْمُشَرِّعُ لِأُمَّتِهِ بِأَقْوَالِهِ وَأَفْعَالِهِ وَتَقْرِيرِهِ.

*“Ketika Nabi sholalllohu alaihi was sallam tidak menjabat tangan wanita ketika waktu berbaiat merupakan dalil gamblang bahwasanya seseorang tidaklah diperkenankan untuk menjabat tangan wanita,* dan tidak pula memegangkan sesuatu badan dia ke badan si wanita. Karena sesuatu yang paling ringan dari bentuk memegang adalah berjabat tangan. *Ketika Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam enggan dari berjabat tangan di waktu yang dibutuhkan yaitu waktu berbaiat, maka itu menunjukkan bahwa berjabat tangan adalah tidak boleh,* maka tidak sepantasnya bagi seorang pun untuk menyelisihi Nabi sholallallohu ‘alaihi wa sallam, karena dia adalah yang membuat aturan syari’at untuk umatnya dengan ucapan, perbuatan dan pengikrarannya.” [Lihat “Adhwâ’ul Bayân” (QS. Al-Ahzab:53)]

🔴 *PARA IMAM 4 MADZHAB MENGHAROMKAN BERJABAT TANGAN DENGAN WANITA BUKAN MAHROM*

☑ *MADZHAB HANAFI
Ibnu Nujaim rahimahulloh mengatakan:

ولا يجوز له انيمس وجهها ولا كفها وان امن ا
لشَّهْوَةَ لِوُجُودِ المَحْرَمِ وَلِانْعِدَامِ الضَّرُورَةِ

*“Tidak boleh bagi seorang lelaki untuk memegang wajah dan tidak pula telapak tangannya* walaupun aman dari syahwat disebabkan adanya mahrom dan hilangnya darurat.” [Lihat “Al-Bahrur Roiq” (8/219)]

☑ *MADZHAB MALIKIYYAH:*
📜 Muhammad bin Ahmad bin Alyasy rohimahulloh berkata:

وَلَا يَجُوزُ لِلْأَجْنَبِيِّ لَمْسُ وَجْهِ الْأَجْنَبِيَّةِ وَلَا كَفَّيْهَا فَلَا يَجُوزُ لَهُمَا وَضْعُ كَفِّهِ عَلَى كَفِّهَا بِلَا حَائِلٍ

*“Tidak diperbolehkan bagi pria asing untuk memegang wajah wanita bukan mahrom dan tidak pula kedua telapak tangannya.* Maka tidak boleh bagi keduanya untuk meletakkan telapak tangan si pria di atas telapak tangan si wanita tanpa ada penghalang.” [Lihat “Minahul Jalil syarh Mukhtashor Kholil” (1/222)]

☑ *MADZHAB SYAFI’IYYAH:*
📜 An-Nawawi rohimahulloh berkata:

وَقَدْ قَالَ أَصْحَابُنَا كُلُّ مِنْ حُرِّمَ النَّظَرُ إلَيْهِ حُرِّمَ مَسُّهُ وَقَدْ يَحِلُّ النَّظَرُ مَعَ تَحْرِيمِ الْمَسِّ فَإِنَّهُ يَحِلُّ النَّظَرُ إلَى الْأَجْنَبِيَّةِ فِي الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ وَالْأَخْذِ والعطاء ونحوها *ولا يجوز مسها في شئ من ذلك*

“Telah berpendapat dari madzhab kami: setiap sesuatu yang diharomkan nadzor kepadanya maka diharomkan juga untuk memegangnya, dan terkadang dibolehkan memandang disertai diharomkan memegang, karena ia diperbolehkan melihat kepada wanita bukan mahrom ketika jual, beli dan mengambil serta memberi dan yang semisal dengannya. *Dan tidak boleh memegangnya pada setiap keadaan tersebut.”* [Lihat “Al-Majmu’ Syarhul Muhadzab” (4/635)]

☑ *MADZHAB HANABILAH*
📜 Ibnu Muflih rohimahulloh berkata:

إنَّ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ سُئِلَ عَنْ الرَّجُلِ يُصَافِحُ الْمَرْأَةَ قَالَ: لَا وَشَدَّدَ فِيهِ جِدًّا قُلْت: فَيُصَافِحُهَا بِثَوْبِهِ قَالَ: لَا، ... وَالتَّحْرِيمُ اخْتِيَارُ الشَّيْخِ تَقِيِّ الدِّينِ وَعَلَّلَ بِأَنَّ الْمُلَامَسَةَ أَبْلَغُ مِنْ النَّظَرِ

Sesungguhnya Aba ‘Abdillah (Imam Ahmad) ditanya tentang seseorang yang menjabat tangan wanita, beliau menjawab: *“Tidak.”* Dan beliau sangat mengingkari hal ini. Aku katakan (Muhammad bin ‘Abdillah bin Mihron): _“Bagaimana kalau berjabat tangan dengan kain?” beliau menjawab: *“Tidak”* ... dan ini adalah perkara yang harom adalah pendapat yang dipilih oleh Syaikh Taqiyuddin dan beralasan bahwa memegang itu lebih mengena daripada melihat.” [Lihat “Al-Adabusy Syar’iyyah” (2/257)]

📝 _Fuad Hasan bin Mukiyi, 28 Romadhon 1438 Hijriyyah._