Rabu, 23 November 2016

Jangan Menjelaskan Tentang Dirimu Kepada Siapapun


(bagian 1)
*🍃"JANGAN MENJELASKAN TENTANG DIRIMU KEPADA SIAPAPUN...", Apakah Atsar Ini Shohih Dari Ali bin Abi Tholib..?*

بِسْـــــمِ اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ

Faedah Tanya - Jawab
Bersama Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawiy Al Indunisiy -hafidzhohulloh-

*❓Pertanyaan:*
Apakah shohih dari Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anhu atsar berikut ini?
_*“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak memerlukan itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.”*_

*❗Jawaban dengan memohon pertolongan pada Alloh:*
Hal ini punya beberapa jawaban,

_*yang pertama:*_ kita ini ada di zaman banyaknya fitnah dan tersebarnya kedustaan. Maka orang yang melariskan atsar semacam tadi, harusnya dia dituntut untuk menyebutkan sumber terpercaya dari pengambilannya atau sanadnya.

Al Imam Muhammad bin Sirin rohimahulloh: “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (“Muqoddimah Shohih Muslim”/hal. 12/atsar shohih).

Dan beliau rohimahulloh juga berkata: “Dulu mereka tidak bertanya tentang sanad, manakala terjadi fitnah, mereka berkata: “Sebutkanlah pada kami para rowi kalian.” Lalu diperhatikan jika para rowi tadi dari Ahlissunnah, hadits mereka diambil, dan jika dari ahli bida’ maka tidaklah diambil hadits mereka.” (“Muqoddimah Shohih Muslim”/hal. 12/atsar shohih).

Al Imam Ibnul Mubarok rohimahulloh berkata: “Sanad itu adalah bagian dari agama. Andaikata bukan karena tuntutan adanya sanad, niscaya orang yang ingin bicara itu akan bicara sesukanya.” (“Muqoddimah Shohih Muslim”/hal. 12/atsar shohih).

Al Hakim An Naisaburiy rohimahulloh berkata: aku mendengar Abul ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub berkata: aku mendengar Ar Robi’ bin Sulaiman berkata: Aku mendengar Asy Syafi’iy berkata: “Orang yang menuntut ilmu tanpa hujjah itu bagaikan pencari kayu bakar di malam hari, dia mengumpulkan seikat kayu bakar yang di dalamnya ada ular yang akan menggigitnya dalam keadaan dirinya tidak tahu.”
Dalam riwayat rowi yang lain, dari Ar Robi’ dengan lafazh: “Orang yang menuntut ilmu tanpa sanad...”
(selesai dari “Al Madkhol Ilal Iklil”/hal. 1).

Maka tidak layak menisbatkan sesuatu pada seseorang kecuali disertai dengan menyebutkan sumber terpercaya dari pengambilannya atau sanadnya, agar diketahui kejujuran dan kedustaan berita tadi, terutama berita yang dinisbatkan pada Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anh, karena sedemikian banyaknya kedustaan atas nama beliau.

Dari Thowus yang berkata: “Didatangkan kepada Ibnu Abbas suatu kitab yang di dalamnya ada keputusan-keputusan Ali rodhiyallohu ‘anh, lalu beliau menghapusnya kecuali seukuran –Sufyan bin Uyainah, salah seorang rowi, mengisyaratkan- satu hasta.” (“Muqoddimah Shohih Muslim”/hal. 12/atsar shohih).

Dan dari Abu Ishaq yang berkata: “Manakala mereka (orang-orang syi’ah) membuat-buat perkara itu setelah wafatnya Ali rodhiyallohu ‘anh, salah seorang sahabat Ali berkata: “Semoga Alloh memerangi mereka (atau melaknat mereka), alangkah banyaknya ilmu yang mereka rusak.” (“Muqoddimah Shohih Muslim”/hal. 12/atsar shohih).

Dan dari Al Mughiroh yang berkata: “Tidak ada yang jujur atas nama Ali rodhiyallohu ‘anh kecuali dari para sahabat Abdulloh bin Mas’ud.” (“Muqoddimah Shohih Muslim”/hal. 12/atsar shohih).


(bagian 2)
*🍃"JANGAN MENJELASKAN TENTANG SIAPA DIRIMU...", Apakah Atsar Ini Shohih Dari Ali bin Abi Tholib..?*

Faedah Tanya - Jawab bersama Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawiy Al Indunisiy -hafidzhohulloh-

_*Pertanyaan:*_
Apakah shohih dari Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anhu atsar berikut ini?
“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak memerlukan itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.”

_*Jawaban kedua:*_ yang disebutkan di dalam atsar tadi hanyalah dua jenis manusia yaitu: orang yang menyukaimu, dan orang yang membencimu.

Pembagian tadi kurang sekali, dan menyelisihi kenyataan, karena manusia itu banyak jenisnya, di antaranya adalah: orang yang belum mengenalmu.

Orang yang belum mengenal dirimu boleh jadi memerlukan penjelasan yang cukup tentang dirimu, dan dia mengambil manfaat dari penjelasan tadi.

Ibnul Jauziy –semoga Alloh mengampuninya- berkata: “Jika seseorang bertanya: bagaimana orang ini (Sa’d bin Abi Waqqosh rodhiyallohu ‘anh) memuji dirinya sendiri sementara karakter seorang mukmin adalah tawadhu’ (rendah hati)?
Maka jawabnya adalah: sesungguhnya jika seseorang terpaksa untuk menampakkan keutamaan dirinya, maka upaya penampakan tadi adalah baik, sebagaimana ucapan Yusuf ‘alaihis salam:

(إني حفيظ عليم)

“Sesungguhnya saya ini sangat memelihara wewenang saya, dan sangat berilmu tentang pengaturan perbendaharaan negri.”

Oleh karena itulah manakala beliau (Sa’d bin Abi Waqqosh rodhiyallohu ‘anh) diejek oleh orang-orang bodoh, beliau terpaksa menyebutkan keutamaan beliau. Dan ketahuilah bahwasanya pujian itu jika kosong dari kezholiman pada orang lain, dan kosong dari sikap sombong terhadap ahlul haq, dan tujuan dari yang mengucapkan pujian itu adalah untuk menegakkan suatu kebenaran, atau membatalkan suatu ketidakadilan, atau untuk menampilkan suatu kenikmatan, maka hal itu tidaklah tercela.

Seandainya seseorang berkata: “Saya benar-benar hapal Kitabulloh, tahu tentang tafsirnya, dan paham terhadap agama ini” dan dia bertujuan untuk menampakkan syukur, atau memperkenalkan ilmu yang dimilikinya pada para pelajar agar mereka mengambil faidah darinya, yang mana jika dia tidak menjelaskan itu maka ilmu yang dimilikinya itu tidak diketahui sehingga tidak dicari darinya, maka amalan tadi tidaklah dinilai sebagai kejelekan.”
(selesai dari “Kasyful Musykil”/hal. 163).

(bersambung)
http://bit.do/majaalisahlissunnahaudio