Rabu, 24 April 2019

MENGELUH KEPADA ORANG LAIN?

BISAKAH KITA TIDAK MENGELUHKAN KEPADA ORANG LAIN TENTANG KEKURANGAN HIDUP KITA?

Ikhwaniy fiddin Rahimakumullah.
Bisakah kita untuk tidak mengeluhkan kepada orang lain tentang kekurangan hidup kita sebagaimana para Shahabat dahulu?
Mereka sangat malu bila menampakkan keluhan terhadap kekurangan yang mereka rasakan, sampai disebutkan di dalam Al-Qur’an:

يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا. 

"Orang yang tidak mengetahui menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya, karena mereka menjaga kehormatan diri mereka dari meminta-minta, kamu mengenal mereka dari ciri-ciri mereka yang tidak meminta-minta kepada manusia secara paksa." (Surat Al-Baqarah: 273). 
Bisakah kita meneladani mereka?
Ikhwaniy fiddin Rahimakumullah. 
Sewaktu kami masih di kota Shan'a, kami dapati sebagian dari orang-orang Shan'a tidak mengeluhkan kekurangan dalam kehidupan mereka, mereka tidak ingin untuk diketahui oleh orang lain tentang kekurangan mereka, dengan itu mereka tidak mengeluhkannya kepada orang lain, ini tidak hanya pada orang tua, bahkan di antara anak sekolah pun didapati keadaannya demikian.  
Pernah seorang siswi Masya Allah bisa terus menuntut ilmu di suatu sekolah, padahal dia sangat berkekurangan dalam hidupnya, namun dia benar-benar tidak mengeluhkan tentang kekurangan yang ada padanya hingga kemudian diketahui. 
Waktu itu kota Shan'a terancam dengan peperangan maka di setiap sekolah diadakan sweeping terhadap tas yang dibawa oleh setiap siswa maupun siswi, suatu ketika di sekolah khusus siswi diadakan sweeping tas, petugas dari pemerintah datang melakukan sweeping, ternyata didapati pada seorang siswi tidak mau menyerahkan tasnya untuk disweeping, dia memeluknya erat-erat, tasnya mau dirampas oleh petugas namun dia bertambah mempertahankan sambil menangis dengan suara tangisan yang terdengar di sekelilingnya, kemudian dia ditenangkan dan dibawa di ruang khusus kepala sekolah, teman-teman sekolahnya berikut ibu-ibu guru dan kepala sekolah mengenal baik siswi tersebut, karena dia pintar dan berakhlak mulia, namun mereka kaget dan terheran-heran ketika siswi tersebut mencurigakan terhadap tas yang dia bawa. Kemudian kepala sekolah meminta teman-temannya untuk semuanya pergi sehingga yang tersisa di ruangan hanya dia dan petugas sweeping serta beberapa orang guru, setelah itu siswi tersebut menyerahkan tasnya untuk diperiksa dan dia pun menundukkan diri dengan rasa malu yang sangat, setelah dibuka tasnya ternyata didapatilah berisikan sisa-sisa makanan berupa potongan-potongan roti, semua yang menyaksikan dan melihat isi tasnya demikian terheran-heran, kenapa sampai dia tidak mau disweeping? padahal isinya hanya potongan-potongan roti, dia pun menerangkan bahwa dia malu dan merasa akan dipermalukan di hadapan teman-temannya karena potongan-potongan roti itu dia pungut dari sisa-sisa makanan teman-temannya sekelas yang sudah dibuang dan juga dari sisa-sisa makanan yang dia ambil di sekitar sekolah, dia pungut supaya nanti dia makan dan dia berikan pula kepada saudara-saudarinya di rumah, yang mereka sekeluarga membutuhkan sisa-sisa makanan tersebut. Dia memberikan keterangan sambil meneteskan air mata hingga membuat mereka yang menyaksikan ikut meneteskan air mata pula. Subhanallah dia benar-benar tidak mengeluhkan keadaannya kepada teman-teman atau guru-gurunya.

(Muhammad Al-Khidhir di Mutiara Gading Timur Bekasi pada hari Jum'at 13 Sya'ban 1440 / 19 April 2019).

⛵️ http://t.me/majaalisalkhidhir