Majaalis Al-Khidhir:
Tanya:
Benarkah kalau pembikin bid'ah tidak akan diterima taubatnya, berbeda dengan pembikin maksiat?
Jawab:
Setiap orang yang melakukan dosa ketika dia bertekad untuk bertaubat maka pintu taubat selalu terbuka untuknya, sama saja dosanya itu berupa kesyirikan, kekufuran, kefasikan, kemaksiatan maupun kebid'ahan, ketika pembuat atau pelakunya benar-benar bertaubat maka Allah menerima taubatnya:
أَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ ٱلتَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِۦ
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya?". (At-Taubah: 104).
Untuk dosa bid'ah maka pembuat atau pelakunya harus lebih benar-benar lagi dalam bertaubat dan bersungguh-sungguh semaksimal mungkin untuk meninggalkan kebid'ahannya, karena
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah berkata:
«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ»
"Sesungguhnya Allah tidak akan menerima taubat pembuat bid'ah sampai dia meninggalkan kebid'ahannya".
Ahlul ilmi menyebutkan bahwa pembuat bid'ah tidak akan diberi taufik untuk bertaubat, karena mereka menganggap perbuatan bid'ah mereka sebagai kebaikan, dengan itu mereka terus menerus di atasnya dan bahkan bersungguh-sungguh melakukannya, membelanya, memperjuangkannya dan mendakwahkannya. Berbeda dengan para pelaku maksiat, karena sesungguhnya mereka menyadari bahwa perbuatan mereka di atas pelanggaran dan dosa, dengan itu mereka lebih mudah untuk bertaubat.
Dan di sini akan kami sebutkan di antara ulama besar yang sebelumnya termasuk dari tokoh-tokoh besar ahlul bid'ah kemudian mereka bertaubat dengan benar-benar meninggalkan kebid'ahan mereka, di antara mereka adalah Al-Imam Abul Hasan Al-Asy'ariy Rahimahullah, yang sebelumnya beliau membuat kebid'ahan, menetapkan akidah dan keyakinan sesat, hingga para pengikutnya dikenal dengan Al-Asy'ariyyah, padahal beliau telah bertaubat dari kebid'ahan dan kesesatannya, Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata tentang beliau:
قَدْ كَانَ الأَشْعَرِيُّ مُعْتَزِلِيًّا، فَتَابَ بِالْبَصْرَةِ فَوْقَ الْمِنْبَرِ، ثُمَّ أَظْهَرَ فَضَائِحَ الْمُعْتَزِلَةِ.
"Sungguh dahulu keberadaan Abul Hasan Al-Asy'ariy adalah seorang mu'tazilah, lalu beliau bertaubat di atas mimbar kemudian beliau memaparkan kebobrokan mu'tazilah".
Tidak hanya itu bukti taubatnya beliau, namun beliau juga menulis kitab "Al-Ibanah 'an Ushulid Diyanah".
Juga di antara mereka yang telah bertaubat dari kebid'ahan dan kesesatan adalah Al-Imam Abul Ma'aliy Al-Juwainiy atau yang dikenal dengan Imam Haramain, beliau berkata di waktu sakitnya:
اِشْهَدُوا عَلَي أَنِّي قَدْ رَجَعْتُ عَنْ كُلِّ مَقَالَةٍ تُخَالِفُ السُّنَّةَ، وَأَنِّي أَمُوْتُ عَلَى مَا يَمُوْتُ عَلَيْهِ عَجَائِزُ نَيْسَابُوْرَ.
"Saksikanlah oleh kalian atas bahwasanya aku benar-benar telah menarik kembali setiap perkataanku yang menyelisihi sunnah, dan sesungguhnya aku akan mati di atas akidah tokoh-tokoh tua Naisabur".
Sungguh beruntung mereka yang telah bertaubat, semoga Allah melindungi kita dari setiap kebid'ahan yang nampak maupun yang tersembunyi dan mencukupkan kita dengan sunnah.
(Abu Ahmad Muhammad Al-Khidhir di Kemang Pratama-Bekasi pada 13 Muharram 1439).
⛵ http://t.me/majaalisalkhidhir