Dars Al Aqidah Al Washitiyyah
🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂
_Prinsip Ahlussunnah Wal Jama'ah tentang Sahabat-sahabat Nabi 'alayhissholaatu wassalam_
➖➖➖➖➖
Salah satu prinsip Ahlus Sunnah adalah bersihnya hati mereka dari kedengkian, kebencian, dan permusuhan terhadap para shahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lidah mereka juga bersih dari perbuatan mencaci dan mencela. Mereka memohon keridhaan untuk para sahabat dan mendoakan mereka :
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮﻧَﺎ ﺑِﺎﻹﻳﻤَﺎﻥِ
"Wahai Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami." (Al-Hasyr : 10
🔹Keutamaan Sahabat Rosul dan Larangan
Mencela mereka
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻟْﺨُﺪْﺭِﻱِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻟَﺎ ﺗَﺴُﺒُّﻮﺍ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﻓَﻠَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﻣِﺜْﻞَ ﺃُﺣُﺪٍ ﺫَﻫَﺒًﺎ ﻣَﺎ ﺑَﻠَﻎَ ﻣُﺪَّ ﺃَﺣَﺪِﻫِﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﻧَﺼِﻴﻔَﻪُ
Dari Abu Sa'id Al Khudriy Radhiyallahu'anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda: 'Janganlah kalian mencela para sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti gunung uhud tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.
Hadits ini dikeluarkan oleh :
Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya kitab Al Manaqib Bab Qauluhu Lau Itakhadztu Kholilaan no. 3397 dan ini lafadz Al Bukhari.
Imam Muslim dalam Shahih-nya kitab Fadhoil Al Sahabat Bab Tahrim Sabbi Al Sahabat no. 4610 dan 4611.
Ahlussunnah wal jama'ah menerima keutamaan-keutamaan para shahabat sebagaimana yang dikabarkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.
🔹Mereka lebih mengutamakan para shahabat yang telah berinfak dan berperang sejak sebelum perjanjian hudaybiyyah. Mereka lebih mengutamakan shahabat-shahabat Muhajirin di atas shahabat-shahabat Anshar. Mereka juga mengutamakan sepuluh shahabat Muhajirin yang diberi kabar gembira masuk jannah . Mereka meyakini bahwa Allah telah melihat kepada Ahli Badar yang berjumlah tiga ratus lebih lalu berfirman :
"Berbuatlah kalian semau kalian, karena sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian." ( Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/305 dan Muslim IV/1941 )
🔹Mereka meyakini bahwa tidak ada seorang pun di antara mereka yang telah berbai'at di bawah "pohon" (dalam Bai'atur Ridwan 'pent ) yang akan masuk naar. Karena Nabi bersabda :
"Tidak akan masuk naar seorangpun yang telah berbai'atdi bawah pohon.'"( Muslim IV/1942.)
Mereka yang berbai'at itu berjumlah seribu empat ratus orang. Ahlus Sunnah wal Jama'ah juga meyakini, akan masuk jannah orang-orang yang dikabarkan oleh Rasul akan memasukinya, seperti
Tsabit bin Qais bin Syamas. Rasulullah telah bersaksi bahwa ia masuk jannah. ( Muslim 1/110 .)
Demikian halnya sepuluh shahabat yang dikabarkan Rasulullah akan masuk jannah. Mereka adalah : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Az-Zubair, Thalhah, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Al-Jarah, serta Sa'id bin Zaid ' ( Abu Dawud, '"Aunul ma'bud"XX\/4m dan At-Tirmidzi V/647).
Mereka mengakui bahwa sebaik-baik umat ini setelah Nabi mereka adalah : Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali Radhiyallahu anhum ( Al-Bukhari, "Fathul Bari", VII/53.)
🔹Ahlussunah berlepas diri dari paham Rafidhoh yang mencela sahabat Nabi, kecuali hanya sedikit dari kalangan ahlu bait saja. dan berlepas diri dari golongan Nawashib yang mengkafirkan dan mencela Ahlul Bait, serta menampakkan permusuhan terhadap Ahlul Bait.
🔹Ahlus Sunnah menahan diri Dari perselisihan di antara mereka dan apa saja yang benar-benar terjadi pada sejarah mereka, karena mereka adalah para mujtahid yang benar, atau kalau tidak mereka adalah mujtahid yang keliru.
🔹 Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa tidak ada seorang pun yang ma'shum dari dosa besar kecuali para nabi 'alaihim ash-shalah was salam.
Para shahabat bisa saja melakukan dosa-dosa, akan tetapi mereka memiliki banyak keutamaan yang
menghapuskan keburukan itu. Mereka adalah sebaik-baik generasi (Muslim IV/1964). Bisa jadi pula sahabat yang pernah melakukan dosa itu telah bertaubat
🔹Ahlussunnah wal jamaah mereka menerima apa yang telah tertera di dalam al Qur’an dan Sunnah dan Ijma’ tentang keutamaan dan derajat mereka.
Dan tidak meyakini bahwa semua para sahabat adalah ma’shum (terjaga dari dosa) baik dosa besar maupun dosa kecil, jadi secara umum mereka masih kemungkinan memiliki dosa, namun _mereka memiliki derajat yang pertama kali masuk Islam dan keutamaan menemani perjuangan Rasulullah, yang menjadikan dosa mereka diampuni. Bahkan Allah mengampuni semua keburukan yang mereka lakukan, dan tidak mengampuni keburukan yang terjadi kepada orang-orang setelah mereka; karena mereka memiliki kebaikan yang tidak dilakukan oleh orang setelah mereka yang bisa menghapus keburukan._
Jika salah satu dari mereka terjerumus dalam dosa, ia (bersegera) bertaubat atau beramal kebaikan yang bisa menghapusnya, atau ia diampuni karena keutamaan lebih dahulu masuk Islam atau mendapatkan syafa’at Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- atau ia diuji di dunia dan lulus sampai Allah mengampuni mereka karenanya. Jika hal tersebut berkaitan dengan dosa-dosa yang jelas, lalu bagaimana dengan perkara ijtihad, sedangkan mereka juga umat berhak untuk berijtihad, jika benar mendapatkan dua pahala, dan jika salah mendapatkan satu pahala. Dan kesalahan mereka diampuni.
Bahwa kadar perbuatan mereka yang diingkari sangat sedikit tertutupi dengan keutamaan dan kebaikan mereka dari sisi keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, jihad di jalan-Nya, hijrah bersama Rasulullah, perjuangannya, ilmu yang bermanfaat dan amal yang shaleh.
Barang siapa yang memperhatikan sejarah mereka dengan ilmu dan hujjah yang nyata, dan keutamaan yang Allah berikan kepada mereka, maka ia akan meyakini bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluk setelah para Nabi dan Rasul, tidak ada yang menyerupai mereka, mereka adalah generasi pilihan umat ini yang merupakan sebaik-baik umat dan Allah memuliakannya”.
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Ahlus sunnah bersepakat akan wajibnya menahan diri untuk tidak mencela salah satu dari para sahabat karena kejadian yang pernah mereka alami, meskipun diketahui siapa di antara mereka yang benar misalnya; karena tidaklah mereka berperang antar sesama kecuali karena perbedaan ijtihad, dan Allah telah memaafkan yang bersalah dalam ijtihad, bahkan mereka mendapatkan satu pahala, dan yang benar diberi dua pahala”. (Fathul Baari: 13/34)
Pendapat seperti ini banyak sekali dari para ulama, dan lebih berhak untuk diterima; karena terjaga dari penyimpangan, dan mengetahui kebenaran sebaik-baik manusia setelah para Nabi.
🔹Ahlissunnah menyakini Riwayat-riwayat hadist/ atsar tentang kesalahan kesalahan sahabat ada yang dusta, ada pula yang ditambah-tambah.
🔹Mencela sahabat, hakikatnya mencela Islam karena sahabat itu seperti (jembatan) antara rosululloh dengan umatnya. Jadi mencela sahabat artinya mencela Islam karena mereka penukil Islam karena jalur utama adalah dari Sahabat. Dan membuat keraguan ummat atas Islam, bila para pembawanya sudah dicela. Dan mencela Sahabat ini merupakan dosa besar.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PARA SAHABAT NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM MERAIH KEISTIMEWAAN DAN KEUTAMAAN
🔹Para Sahabat mendapat Kesempatan dapat menyertai dan bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan anugerah yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih di antara para hamba-Nya untuk menyertai rasul-Nya dalam menegakkan agama-Nya di muka bumi. Manusia-manusia pilihan ini, tentu memiliki kedudukan istimewa dibanding yang lain. Karena pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mungkin keliru.
Beberapa keistimewaan para sahabat dibandingkan kaum muslimin lainnya. Yaitu:
▪Para sahabat Nabi merupakan generasi terbaik yang ditempa langsung oleh tangan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.
▪ Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling bersih hatinya.
▪Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling dalam ilmunya.
▪Sahabat Nabi merupakan generasi yang tidak suka mengada-ngadakan sesuatu dalam agama
▪Sahabat Nabi Merupakan generasi yang paling baik akhlaknya.
▪Sahabat Nabi merupakan generasi yang dipilih Allah sebagai pendamping Nabi-Nya.
▪Sahabat nabi (Rodiyallohu 'anhum) lebih utama dari pengikut Nabi Musa alayhissalam dan pengikut Nabi 'Isa alayhissalam (hawariyyun).
Dari segi mereka beriman kepada Apa yang diperintahkan nabinya ataupun yang dikhobarkan nabinya, tanpa mempertanyakan, tanpa meminta bukti. Dan juga dari segi menemani Nabinya pada keadaan susah dan lapang.
Berbeda dengan apa yang dilakukan Para pengikut Nabi musa dan Nabi Isa, mereka jika diberitakan sesuatu dari Nabi mereka mereka meminta buktinya terlebih dahulu.
▪Mencintai para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti iman, dan membenci mereka berarti kemunafikan.
🔹Ahlus Sunnah wal-Jama’ah) menyintai sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. tidak berlebih-lebihan dalam menyintai salah seorang dari mereka. Dan kami tidak berlepas diri dari mereka. Kami membenci orang yang membenci mereka dan yang menyebut mereka dengan sebutan yang tidak baik. Kami tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Menyintai mereka adalah ketaatan, keimanan dan kebaikan, sedangkan membenci mereka adalah kekufuran, kemunafikan dan kesesatan”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺁﻳَﺔُ ﺍﻟْﺈِﻳﻤَﺎﻥِ ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﺄَﻧْﺼَﺎﺭِ، ﻭَﺁﻳَﺔُ ﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﺑُﻐْﺾُ ﺍﻟْﺄَﻧْﺼَﺎﺭِ
Tanda keimanan ialah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan ialah membenci kaum Anshar. (HR al-Bukhâri, dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu anhu)
Allohu a'lam bish showaab
Walhamdulillah
faedah dars Al aqidah Al Washitiyyah (Al Ustadz Abu 'Amr hafidzhohulloh) Masjid Silale Ambon
Ditulis oleh : Abu Muhammad وفقه الله
Dimuroja'ah : Al ustadz Abu 'Amr حفظه الله
🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂
Sumber:
https://t.me/markiz_silale/337